Thursday 14 September 2017

Saya mengamati ini dari sekeliling sahabat. Kita perlu memahami bahwa ada transformasi atau perubahan peran anak dalam sebuah keluarga. Tidak sedikit masih ada anak yang tetap diberikan peran sebagai "anak" sampai dewasa sahabat. Jadi anak masih dibimbing, diarahkan hingga sampai anak tersebut "merasa" terkekang untuk bergerak dalam mengeksplorasi dirinya. Namun ada juga beberapa orang tua yang sudah mentranformasi peran anaknya dari "anak" menjadi "partner" dalam keluarganya sahabat. Biasanya anak tersebut akan dilibatkan dalam diskusi mengenai suatu topik ringan, bahkan sampai pengambilan keputusan yang penting dalam keluarganya sahabat. :)
Nah, saya mengamati ada kecenderungan bahwa anak yang sudah bertransformasi perannya dari "anak" ke "partner" dalam keluarga, anak tersebut akan bertumbuh lebih pesat dalam kemandirian berpikir dan mengambil suatu keputusan tindakan, sahabat. Oleh Karena itu, bukannya saya menggurui, namun izinkan saya memberikan saran bahwa alangkah lebih baik bagi orang tua yang belum mentransformasikan peran anaknya menjadi partner dalam keluarga, segera dirubah dengan memulai melibatkannya dalam diskusi keluarga sejak usia anak sudah beranjak remaja dan mulai menggunakan logikanya sahabat. Bilamana sudah terlanjur sampai anak beranjak dewasa masih belum merubah perannya (masih berperan sebagai "anak"), coba berikan kepercayaan kepada anak dengan bermusyawarah dalam pengambilan keputusan dari hal-hal kecil terlebih dahulu sahabat. InsyaAllah kebaikan demi kebaikan untuk keluarga akan hadir lebih sering dengan adanya tranformasi peran anak ini karena pintu kebaikan bertambah. Bukan lagi dari ibu bapak saja, melainkan juga dari anak-anaknya sahabat. :)
Sepakat atau belum sepakat, bahkan tidak sepakat perihal opini -pentingnya- "tranformasi peran anak" ini, saya serahkan kepada sahabat sekalian. Saya sekedar berbagi buah pikiran dari pengamatan diri ini semata sahabat. Kalau sekiranya sahabat terbiasa perlu sebuah alasan untuk bertindak, yang dalam hal ini misalnya "kenapa perlu/ bahkan penting transformasi peran anak?". Coba kita renungkan kembali perihal keluasan wawasan pengetahuan yang terupdate sahabat. Lebih update wawasan anak atau orang tua? Jawabannya akan relatif sahabat (bisa anak yang lebih update, bisa juga orang tuanya yang lebih update). Tergantung siapa yang ada minat untuk selalu belajar. Namun saya kira jawaban paling bijaksana adalah apabila keluasan wawasan pengetahuan terupdate dikolaborasikan dengan pengalaman sahabat. Karena menurut saya, kedua faktor tersebut adalah faktor paling penting dalam belajar bertumbuh bersama dan mempraktikkannya dalam keseharian. Wallahua'lam bishowab. :)
Sekian yang bisa saya bagikan kepada sahabatku sekalian., saya masih pengamat yang InsyaAllah akan terus belajar dan mempraktikkan dalam keseharian.. Saya mohon maaf apabila ada hal yang kurang berkenan bagi sahabat.. Monggo., dengan senang hati saya menanti sahabat yang berkenan berbagi pengalamannya kepada saya melalui diskusi di whatsapp/ telegram/ bbm maupun komentar yang tersedia di blog ini. Terima kasih. Namaste.. _/l\_ :) 

0 comments :

Post a Comment