Monday 23 November 2015

Sahabatku.. tiba-tiba saya disodori sebuah layar hp bertuliskan ,"T-H-E-S-I-S = The-Happiness-Ended-Since-It's-Started". Haha.. diri langsung spontan ngakak (tertawa terbahak-bahak dengan ke-calm-an) ketika saya baca akronim dari T-H-E-S-I-S yang disampaikan oleh sahabat saya bernama mb nining. Saya kemudian berjanji dengan mengatakan kepada beliau,”saya akan menetralkan akronim tersebut agar TIDAK LAGI masuk dalam kamus diri dan siapapun mb.. :D ”. Saya mempunyai keyakinan bahwa sebuah kata-kata dapat merubah dunia. Oleh karenanya saya menginginkan kata-kata yang ada dalam kamus diri setiap individu selalu berisi kamus bernilai positif maupun kata tersebut nampak awalnya kurang baik. Ibarat sebuah pisau, ia akan bermanfaat baik bagi seorang chef yang menggunakannya untuk memasak masakan yang lezat lagi delicious, daripada digunakan oleh seorang pembunuh untuk menghilangkan nyawa seseorang. Begitu pula dengan kata-kata yang tersusun akan menimbulkan makna tersendiri bagi kita sahabat. Nah, menurut saya THESIS yang di akronimkan demikian tentu akan berefek pada gerak diri untuk cenderung malas memulai mengerjakan sebagian tugas kuliah tersebut (yaa bisa juga dijadikan sebagai alasan). Bagaimana tidak, lha mau memulai saja sudah ditakuti dengan kehilangan kebahagiaan yang sudah ada je sahabat. So, menurut diri ini perlu kiranya kita bisa mengakronimkan THESIS dengan kata lain yang lebih membangun, semisal menurut sahabat saya lainnya bernama mas pamungkas mengakronimkan dengan T-H-E-S-I-S = The-Highest-Exam to-Share-Important-Solution. Nah, kalau THESIS diakronimkan demikian kan kita bisa jadi lebih semangat untuk memberikan solusi dari permasalahan yang ada sahabat. Bisa jadi dengan happiness/ kebahagiaan yang ada dalam diri kita agar semua yang sedang bermasalah pun mendapatkan solusi dan kebahagiaan sebagai diri ini telah lebih awal dititipi. Wallahu’alam bishowab.. ^_^
salam semangat berbagi inspirasi sahabat.. ;) (y)

Saturday 21 November 2015

Sahabatku.. amazing memang kenyataan di sekeliling diri ini yang menampakkan bahwa setiap kita dapat menjadi inspirator. Nah, silakan kita mau ikut berperan dalam andil sebagai inspirator yang seperti apa sahabat. Bilamana setiap kita menyadari hal ini, tentu kita akan berusaha menjadi insan inspirator tauladan bagi sesama. Misalnya saja kita awali dari diri memberikan tauladan membantu sesama yg membutuhkan sahabat. InsyaAllah pasti ada minimal satu dari sekeliling kita yang terinspirasi untuk mencoba membantu orang lain lagi. Dan fakta nya ini akan menjadi pemicu yang lain lagi, lagi dan terus menerus sahabat. Saya sampai mencoba membayangkan manakala semua bisa menjadi inspirator dalam kebaikan, insyaAllah kebaikan akan jauh mendominasi keadaan di lingkungan kita yg saat ini masih cenderung acuh bahkan tidak sedikit yang banyak memicu terjadinya perilaku yang tidak baik (misalnya saja menerobos lampu rambu rambu lalu lintas di saat tidak ada petugas) sahabat. Wallahua'lam bishowab.. :)
Marilah sejenak kita renungkan dan kemudian kita awali dari diri sendiri agar kebaikan demi kebaikan dapat menginspirasi sahabat.. salam fastabiqul khairat.. ;) (y)

Friday 20 November 2015

Sahabatku.. alhamdulillah.. diri ini mendapatkan nasehat dari bahasa jawa yg bagus sekali. Berikut isi nasehat tersebut beserta dengan translatenya ke bahasa Indonesia:

"WEJANGAN PINI SEPUH"
"Nasehat orang yg dituakan (belum tentu umurnya tua lhoo, misal pak kader, dll)"


Falsafah Jawa:

Rejeki iku ora iso ditiru
rizki itu tidak bisa disamakan,


Senajan podo lakumu 

meskipun sama usahamu, 

Senajan podo dodolanmu 
meskipun sama apa yg dijual olehmu, 

Senajan podo nyambut gawemu
meskipun sama pekerjaanmu,

Hasil sing ditompo bakal bedo2 
hasil yg diterima akan berbeda beda, 


Iso bedo neng akehe bondo
bisa beda di banyaknya harta,


Iso ugo ono neng roso lan ayeming ati
bisa juga ada di rasa dan ketenangan hati, 


Yo iku sing jenenge bagyo. Kabeh iku soko tresnane  Gusti Kang Moho Kuoso
yaitu yg namanya kebahagiaan, semua itu hanya dari kasih sayang Allah yg maha kuasa,

Sopo temen bakal tinemu
Siapa tekun akan menemukan, 

Sopo wani rekoso bakal gayuh mulyo
siapa berani kerja keras akan mendapatkan kemuliaan


Dudu akehe, nanging berkahe kang ndadekake cukup lan nyukupi
bukan banyaknya, tetapi berkahnya yg menjadikan cukup dan menyukupi

Wis ginaris neng takdire menungso yen opo sing urip kuwi wis disangoni soko Sing Kuwoso
sudah digariskan dalam takdirnya manusia jika apa yg hidup itu sudah dibekali dari yg maha kuasa


Dalan urip lan pangane wis cemepak cedhak koyo angin sing disedhot sabendinane
jalan hidup dan makanannya/ keperluannya sudah tersedia dekat seperti udara yg dihirup sehari harinya

Nanging kadhang menungso sulap moto lan peteng atine, sing adoh soko awake katon padhang cemlorot ngawe-awe 
namun terkadang manusia menutup mata dan gelap hatinya, yg jauh dari dirinya nampak terang menyilaukan dan melambai lambai,

Nanging sing cedhak neng ngarepe lan dadi tanggung jawabe disio-sio koyo ora duwe guno
namun yg dekat di depannya dan jadi tanggung jawab nya disia-siakan seperti tidak ada gunanya.

Rejeki iku wis cemepak soko Gusti, ora bakal kurang anane kanggo nyukupi butuhe menungso soko lair tekane pati
rizki itu sudah disiapkan dari Allah SWT, tidak akan kurang adanya untuk menyukupi kebutuhannya manusia dari lahir hingga datangnya kematian

Nanging yen kanggo nuruti karep menungso sing ora ono watese, rasane kabeh cupet, neng pikiran ruwet, lan atine marahi bundhet
namun jika dipakai untuk menuruti keinginan manusia yg tidak ada batasnya, rasanya semua kurang, dipikiran ruwet/ berantakan, dan hatinya menjadi kalut

Welinge wong tuwo 
nasehatnya orang tua,

opo sing ono dilakoni lan opo sing durung ono ojo diarep-arep
apa yg ada dijalani dan apa yg belum ada jgn dinanti nanti,

semelehke atimu
letakkanlah hatimu,

yen wis dadi duwekmu bakal tinemu
jika sudah menjadi hakmu akan kau temukan, 


yen ora jatahmu, opo maneh kok ngrebut soko wong liyo nganggo coro sing olo

jika bukan hakmu, apalagi sampai direbut dari orang lain dgn cara yg buruk, 


yo dienteni wae, iku bakal gawe uripmu loro, rekoso lan angkoro murko
yaa ditunggu saja, itu akan membuat hidupmu sakit, kesusahan dan membuat murka


sak jeroning kaluwarga, kabeh iku bakal sirno balik dadi sakmestine

semua anggota keluarga, semua itu akan sirna kembali menjadi semestinya.

Yen umpomo ayem iku mung biso dituku karo akehe bondho, endahno rekasane dadi wong sing ora duwe 
jika umpama ketenangan itu hanya bisa dibeli oleh banyaknya harta, seperti apa sulitnya jadi orang yg tidak punya apa-apa

Untunge ayem iso diduweni sopo wae sing gelem ngleremke atine ing bab kadonyan, seneng tetulung marang liyan,lan pasrahke uripe marang GUSTI ALLAH
untungnya ketenangan bisa dimiliki siapa saja yg mau meredamkan hatinya dalam bab keduniawian, suka tolong menolong dgn lainnya, dan memasrahkan hidupnya kepada Allah SWT.. :)

*semoga translet dari bahasa jawa ke indonesia tsb tidak mengurangi makna yaa sahabat.. nyethuk je.. hehe :D
Suatu hari Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya para sahabat sedang asyik berdiskusi sesuatu. Di kejauhan datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka.
Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata,
"Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!"
"Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini!".
Umar segera bangkit dan berkata, "Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka wahai anak muda?"
Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata, "Benar, wahai Amirul Mukminin."
"Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.", tukas Umar.
Pemuda lusuh itu kemudian memulai ceritanya,
"Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku di kota ini, ku ikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia (unta). Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik laki-laki tua itu. Sungguh, aku sangat marah, segera ku cabut pedangku dan kubunuh ia (lelaki tua tadi). Ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini."
"Wahai, Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu.", sambung pemuda yang ayahnya terbunuh.
"Tegakkanlah had Allah atasnya!" timpal yang lain.
Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh.
"Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat', ujarnya.
"Izinkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat (tebusan) atas kematian ayahmu", lanjut Umar.
"Maaf Amirul Mukminin," sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala, "kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan ridha jika jiwa belum dibalas dengan jiwa".
Umar semakin bimbang, di hatinya telah tumbuh simpati kepada si pemuda lusuh yang dinilainya amanah, jujur dan bertanggung jawab.
Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata,"Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha dengan ketentuan Allah" ujarnya dengan tegas,
"Namun, izinkan aku menyelesaikan dulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh 3 hari. Aku akan kembali untuk diqishash".
"Mana bisa begitu?", ujar kedua pemuda yang ayahnya terbunuh.
"Nak, tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu?" tanya Umar.
"Sayangnya tidak ada Amirul Mukminin, bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggung jawaban kaumku bersamaku?" pemuda lusuh balik bertanya kepada Umar.
"Baik, aku akan memberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji." kata Umar.
"Aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah lah penjaminku wahai orang-orang beriman", rajuknya.
Tiba-tiba dari belakang hadirin terdengar suara lantang, "Jadikan aku penjaminnya wahai Amirul Mukminin".
Ternyata Salman al Farisi yang berkata..
"Salman?" hardik Umar marah, "Kau belum mengenal pemuda ini, Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini".
"Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, ya Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya", jawab Salman tenang.
Akhirnya dengan berat hati Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh. Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya. Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitupun hari kedua. Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh. Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan
mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman. Salah satu sahabat Rasulullah S.A.W. yang paling utama. Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatangan si pemuda lusuh. Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh. Akhirnya tiba waktunya penqishashan, Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi. Hadirin mulai terisak, karena menyaksikan orang hebat seperti Salman akan dikorbankan. Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali. ”Itu dia!” teriak Umar, “Dia datang menepati janjinya!”. Dengan tubuhnya bersimbah peluh dan nafas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pangkuan Umar.
”Hh..hh.. maafkan.. maafkan.. Aku wahai amirul mukminin..” ujarnya dengan susah payah, “Tak kukira.. urusan kaumku.. menyita..banyak.. waktu..”. ”Kupacu.. tungganganku.. tanpa henti, hingga.. ia sekarat di gurun.. terpaksa.. kutinggalkan.. lalu aku berlari dari sana..” ”Demi Allah”, ujar Umar menenanginya dan memberinya minum,
“Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?” tanya Umar.

”Akun kembali agar jangan sampai ada yang mengatakan.. di kalangan Muslimin.. tak ada lagi ksatria.. menepati janji..” jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum.
Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru, lalu ia bertanya, “Lalu kau Salman, mengapa mau- maunya kau menjamin orang yang baru saja kau kenal?

Kemudian Salman menjawab, " Agar jangan sampai dikatakan, dikalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya”,
Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejadian itu. ”Allahu Akbar!” Tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak,“Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu”.
Semua orang tersentak kaget.
“Kalian..” ujar Umar, “Apa maksudnya ini? Mengapa kalian..?” Umar semakin haru.
kemudian dua pemuda menjawab dgn membahana, ”Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya”.

”Allahu Akbar!” teriak hadirin. Pecahlah tangis bahagia, haru dan sukacita oleh semua orang.

MasyaAllah..saya bangga menjadi muslim bersama kita ksatria-ksatria muslim yang memuliakan al islam dengan berbagi pesan nasehatnya untuk berada dijalan-Nya.. Allahu Akbar… ^_^

Nb: Kisah ini disebut dalam kitab I'laam al-Naas Bi Ma Waqa'a Lil Baramikah, karya Al-Itlidy, penulis dapatkan dari pesan salah seorang sahabat. terimakasih.. :)

Wednesday 11 November 2015

Saya senang berdiskusi dengan sahabat di sela-sela perkuliahan untuk memperluas wawasan dan juga menggali opini dari beberapa sahabat. Kebetulan beberapa waktu yang lalu saya punya sebuah topik dari "oleh-oleh" pengajian yang intinya adalah seorang laki-laki diutamakan sholat berjamaah di masjid, sedangkan seorang wanita lebih baik di rumah. Nah, dari topik ini kemudian saya pun berdiskusi dengan sahabat seorang putri bernama mb nur (dulu beliau adalah kakak tingkat di studi sebelumnya, dan saat ini kami jadi seangkatan). Berikut diskusi yang terjadi:
Saya       ; mb nur.. mb sudah pernah dengar sebuah hadist yang intinya menyatakan bahwa seorang laki-laki lebih utama sholat berjamaah di masjid, sedangkan seorang wanita lebih baik sholat di rumah?
Mb         ; pernah san.. ada apa?
Saya       ; menurut mb, bila suatu saat nanti mb menikah dan telah memiliki suami, mb meminta suami berjamaah di masjid atau menjadi imam di rumah? Atau malah mb ikut sekalian berjamaah di masjid? Tentu berkaitan dengan landasan pesan sebelumnya tadi mb..
Mb         ; yaa ini pendapatku yaa san.. menurutku memang lebih baik seorang lelaki berjamaah di masjid/ mushola di luar rumah. Karena selama ini kan kebanyakan seorang lelaki ke masjid hanya pas jum’atan saja. Jadi sepekan hanya sekali kan san? Menurutku jelas masih kurang untuk menentramkan ruhaninya sendiri, apalagi kalau sudah berkeluarga san. Dia setidaknya bisa menentramkan dirinya sendiri dan istri beserta keluarganya. Jadi anjuran untuk berjamaah di masjid/ mushola sangat baik dijalankan untuk menambah silaturahim dan juga menambah ilmu tentang agama baginya dan juga keluarganya san..
Saya       ; benar juga sih mb.. lalu bagaimana dengan posisi mb sebagai seorang putri lebih baik sholat di rumah?
Mb         ; tentang anjuran tersebut pada dasarnya saya juga sependapat san.. karena sebenarnya kan kita seorang putri boleh keluar rumah manakala beserta dengan orang yang masih keluarga/ muhrim untuk menghindari fitnah kan yaa? hanya kalau menurut harapan saya pribadi, kelak suami saya mau memberi kesempatan kepada saya untuk berjamaah di rumah bersama. Dengan memanage waktu sholat dengan baik san.. kan sehari kita minimal sholat fardu 5 waktu.. jadi semisal suami pergi ke masjid selagi untuk sholat dzuhur, ashar dan isya, kemudian sholat subuh dan maghrib bisa berjamaah di rumah beserta dengan keluarga di rumah sembari beliau berkenan berbagi ilmu kehidupan. lalu bisa juga kiranya saya berjamaah di luar ditemani olehnya san.. jadi yaa fleksible saja waktunya.. yg utama kita bisa saling menjaga sholat berjamaah selalu tercipta.. Tapi ini hanya keinginan ku sih san..
Saya       ; masyaAllah.. amazing sangat opini njenengan mb.. bisa untuk masukan saya di suatu hari nanti. Keren.. T-O-P banget mb.. ;) (y)
Wallahua’lam bishowab.. percakapan tersebut hanyalah opini dari salah seorang sahabat yang berdiskusi dengan saya. Mari kita jadikan setiap percakapan kita berbobot syarat makna sahabat.. semangat fastabiqul khairat.. ^_^

Tuesday 10 November 2015

Belum lama ini saya beserta dengan mas silaturahim ketemu dengan rekanan di daerah Sragen untuk keperluan rencana pengembangan toko. Setelah seharian kami berkunjung, kami kemudian pamit untuk kembali ke jogja. Dalam perjalanan pulang, kami berhenti sejenak di toko frencaise terkemuka yang ada dimana-mana (tentu sahabat sudah paham) di pinggir jalan raya solo-jogja. Ketika itu mas saja yang keluar untuk membeli makanan dan minuman, sedangkan saya menunggu beliau di kendaraan. Ada sebuah percakapan yang cukup menginspirasi diri ini ketika mas kembali membeli minuman dan makanan, karena setelah mas masuk dalam kendaraan ada seorang bapak yang tiba-tiba datang memberi aba-aba (dikira kami akan segera melanjutkan perjalanan). Muncul tiba-tiba dari arah belakang yang sebelumnya saya sendiri pun tak tahu semisal ada “bapak petugas parkir”. Disinilah percakapan bermula:Saya       : mas, langsung lanjut jalan nih?
Mas       : bentar san, kita istirahat dulu. Lagian kenapa juga tuh ada “bapak petugas parkir ilegal”
Saya     : namun kasihan tuh mas, bapaknya sudah memberi aba-aba dikira kita segera mau berangkat.
Mas       : biarin saja san. Kenapa juga kamu kasihan sama dia, lha dia saja ndak kasihan sama kita kok. Dia itu malak san.. malak! Lha itu jelas-jelas ada tulisan,”Parkir GRATIS”
Saya       : Iyaa sih mas.. namun tak seberapa kan uang 2rb untuk kita? Barangkali dia butuh uang. Ayolah jalan sekarang saja (bapaknya masih memberi aba-aba sembari meniup peluit dengan suara putus-putus).
Mas       : Kamu ini san. Bukan masalah uangnya, namun ini masalah mental dia yang perlu kita bantu benahi. Sudahlah.. kita istirahat dulu sejenak barang 10 menitan lah.. biar kalau dia bapaknya masih menunggu sudah bekerja dia.
Saya       : Yaudah deh mas.. kula ikut mas saja.. (kasihan sebenarnya)
Mas       : sip..
== kemudian (kurang lebih 2 menitan) bapak petugas parkir pun pergi. Kemudian setelah kami sejenak istirahat==
Mas       : ayoo san, kita lanjutkan perjalanan kembali. Kamu beri bell tuh sama bapak parkirnya.
Saya       : iyaa mas (saya beri bell 3x)
Akhirnya bapak petugas parkir tidak datang.
Mas       : Syukurlah, dia sudah sadar san.
Amazing memang kalau bercakap dengan mas. Seakan memang awalnya nampak kejam, namun sungguh bilamana diri ini mau merenungkan ada makna moral yang dalam sahabat. Semoga kita bisa mengambil pelajaran bersama-sama agar semakin peka dengan nilai-nilai yang ada di sekeliling kita.. aamiin.. ^_^